Rabu, 22 Juni 2011

Terhempas Cinta Berbalas*

Aku masih ingat, dulu pernah dengar orang bilang, “Cintaku tak terbalas”. Ya ya ya, kalau sudah bicara tentang cinta, pasti lama ketemu ujungnya. Karena cinta adalah anugerah yang indah, tapi kalau kita menyikapinya salah, ia justru bikin gelisah.

Cinta yang tidak (atau belum) terbalas mungkin menyakitkan. Bikin penasaran, sekaligus berbuah angan-angan, "Andaikan dia mau sama aku...", "Apa dia tahu perasaanku ya?", dll. Mau tidak mau, kita dipaksa untuk mengakui dengan jujur, tiap hari pertanyaan serupa selalu muncul berganti-ganti.

Setuju sekali dengan pendapat seorang ukhti, “Naïf jika hanya karena cinta pada satu orang, kita melupakan cinta dari orang-orang yang telah memberikan cinta sejatinya: orang tua, saudara, sahabat, guru-guru, dll.”

Nah, sekarang gimana kalau CINTA ITU BERBALAS? Apa memang seperti gambaran orang-orang yang patah hati karena cinta mereka bertepuk sebelah tangan? Apa cinta yang berbalas itu indah dan membahagiakan?

Cinta. Anugerah terindah itu pasti akan mampir pada manusia, makhluq yang dilengkapi akal dan perasaan saat penciptaannya. Bisa cinta pada orang tua, saudara, sahabat, guru, dsb. Bahkan ada kalanya menaruh rasa cinta atau suka pada lawan jenis kita. Rasa itu datang tak terduga, mengalir begitu saja dan yang paling parah, kalau dibiarkan sangat pasti susah untuk menghentikannya! Saat virus merah jambu menyapa si empu dan… eh, CINTA ITU BERBALAS… benar-benar indah kah? Betul-betul membahagiakan kah?

Ternyata dari melihat kasus beberapa teman, didapat kesimpulan: cinta yang berbalas juga tidak selamanya sesuai harapan. Karena ILMU, dan dilengkapi oleh KEJUJURAN HATI nurani yang dititipkan oleh SANG PEMILIK CINTA membuat kita gelisah: satu sisi takut zina hati, sisi yang lain menikmati gejolak rasa yang bervariasi.

Hari-hari akan dipenuhi keraguan. Saat gembira bertemu dengan ‘dia’, saat itu pula rasa ‘takut’ datang. Saat merindukannya, saat itu pula merasa malu karena kita jarang mengingat pemiliknya, Ar Rahman. Pergulatan batin akan jadi sangat melelahkan jika kita tidak berusaha untuk ‘mempertahankan’ diri sekuatnya.

Bagi yang sudah punya keinginan dan kemampuan, sekaligus restu orang tua sudah di genggaman, mereka punya solusi: SEGERA MENIKAH! Berbahagialah bagi yang berada di atmosfer ini. Sudah tambah iman, juga tambah aman. Hati makin terjaga, pintu surga pun makin terbuka…

Tapi, bagi yang belum punya kemampuan? Atau restu bapak-ibu belum di tangan? Atau tuntutan studi masih harus diselesaikan? Atau alasan lain yang intinya belum siap menuju pernikahan? Wah... ini nih UJIAN! Bukan berarti Allah nggak sayang, memberi anugerah sekaligus cobaan. Justru kita adalah orang-orang yang terpilih untuk membuktikan kesungguhan cinta kepada-Nya. Lalu, haruskah cinta sesaat ini membuat kita hanyut dan terlena?

Jangan terjebak cinta semu yang justru bisa membuat kita menangis lain waktu. Jika nama ‘dia’ datang tanpa diundang, segera ganti dengan istighfar. Sibukkan diri dengan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi. Fokuskan perhatian pada tholabul ‘ilmi di bidang apapun yang sedang kita geluti. Agar masa depan juga makin tertata rapi. Berhati-hatilah dengan hati yang melambung tinggi, karena jika terjatuh pasti sakit sekali.

Saudaraku sampai di surga (buat yang merasa, pinjem istilahnya ya?), cinta sesungguhnya adalah cinta yang terbingkai ketika mahligai pernikahan tiba. Dalam bingkai itulah kita benar-benar berhak mengekspresikan seluruh perasaan cinta yang ada. Untuk meraih cinta-Nya yang tiada tara…

Semoga kita bisa menikmati cinta yang dianugerahkan-Nya dengan rasa syukur yang dalam. Membuat kita makin mencintai-Nya dalam setiap hembusan nafas, setiap denyutan nadi, setiap langkah kaki, dan setiap ayunan tangan.

Allah tidak pernah tidak tahu orang yang mengejar cinta-Nya. Dan Allah Maha Membalas Cinta. Maka, marilah menjalani cinta hanya untuk mengharap balasan dari Pemiliknya, karena hanya Dia yang tidak pernah mengecewakan cinta kita…


*) artikel untuk diri sendiri… sabar ya gien,…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar